Perjuangan Ibu Guru Kembar di Sekolah Darurat Kartini

Perjuangan Ibu Guru Kembar di Sekolah Darurat Kartini

Jakarta – Dalam dunia yang penuh tantangan, ada kisah yang menginspirasi kita untuk tidak menyerah pada keadaan. Salah satunya adalah kisah dua sosok luar biasa, Sri Rossyati dan Sri Irianingsih, yang dikenal sebagai Ibu Guru Kembar. Melalui tangan dingin mereka, Sekolah Darurat Kartini di Lodan, Ancol, Jakarta Utara, berdiri sebagai simbol harapan dan keteguhan hati.

Beberapa waktu lalu, Eddy Wijaya, Ketua Umum Yayasan Wijaya Peduli Bangsa, mengunjungi sekolah ini dan berbincang dengan para pendiri sekaligus kepala sekolah tersebut. Dalam kesempatan tersebut, terungkap bagaimana ibu guru kembar ini, dengan penuh cinta dan tekad, memulai sekolah ini di tahun 90-an. Saat itu, mereka terkejut melihat banyak anak di bawah kolong tol Jakarta yang tidak bersekolah, tinggal di gubuk-gubuk kecil tanpa harapan.

Dengan keberanian, mereka mendekati anak-anak dan bertanya apakah mereka ingin belajar. Jawaban yang mereka dapatkan sederhana namun penuh makna: anak-anak ini bersedia sekolah asal gratis. Seolah tanpa ragu, keesokan harinya, Ibu Guru Kembar kembali dengan papan tulis, pensil, buku, dan penghapus, siap untuk memulai perjalanan pendidikan yang akan mengubah banyak hidup.

Di awal, 150 anak berpartisipasi, belajar tanpa bangunan permanen, hanya dengan semangat dan harapan. Seiring berjalannya waktu, jumlah ini berkembang hingga 600 siswa, dan meskipun mereka sempat memiliki lima lokasi belajar, perjuangan tak berhenti di sana. Pada 2006, sekolah-sekolah mereka mengalami penggusuran, namun ibu kembar ini pantang menyerah dan berhasil mempertahankan satu sekolah di Ancol.

Kisah inspiratif mereka semakin gemilang ketika pada tahun 2012, Sekolah Darurat Kartini akhirnya memiliki bangunan sendiri. Dulu, murid-muridnya mencapai 3.000 anak, dan bahkan sekolah ini menerima penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Kini, meskipun jumlah murid hanya sekitar 100 orang, semangat yang ditanamkan tidak pernah padam.

Sekolah Darurat Kartini bukan hanya memberikan pendidikan formal, tetapi juga keterampilan hidup yang sangat berharga. Para murid dibekali dengan pelatihan tata boga, menjahit, bengkel, hingga tata rias, sehingga mereka siap memasuki dunia kerja. Selain itu, hal yang paling ditekankan oleh Ibu Guru Kembar adalah pentingnya sikap yang baik dan kejujuran, karena bagi mereka, ini adalah fondasi kehidupan yang sukses.

Banyak lulusan Sekolah Darurat Kartini yang telah mencapai keberhasilan luar biasa. Mereka menjadi polisi, tentara, bahkan ada yang menjadi guru, membawa nilai-nilai yang telah mereka pelajari di sekolah tersebut ke dalam profesi mereka.

Kisah Ibu Guru Kembar ini bukan hanya sekadar cerita tentang pendidikan, tetapi tentang perjuangan, ketulusan, dan dedikasi yang tak tergoyahkan untuk memberi kesempatan kepada mereka yang kurang beruntung. Ini adalah pelajaran tentang kekuatan impian dan kemauan keras untuk mewujudkannya. Sekolah Darurat Kartini, dengan segala keterbatasannya, tetap menjadi mercusuar harapan bagi banyak anak-anak di Jakarta, dan inspirasi bagi kita semua.

Berbagi Kebahagiaan di Sekolah Darurat Kartini

Berbagi Kebahagiaan di Sekolah Darurat Kartini

Jakarta – Pada 6 September 2024, Eddy Wijaya, Ketua Umum Yayasan Wijaya Peduli Bangsa, melakukan kunjungan yang penuh makna ke Sekolah Darurat Kartini di  Lodan, Ancol, Jakarta Utara. Di tengah kesederhanaan sekolah ini, Eddy Wijaya membawa harapan dan kebahagiaan, memberikan perhatian kepada anak-anak yang sangat membutuhkannya.

Sekolah Darurat Kartini bukanlah sekadar institusi pendidikan biasa. Berdiri sejak bertahun-tahun yang lalu oleh dua perempuan inspiratif, Sri Irianingsih dan Sri Rossyati, sekolah ini bertujuan memberikan kesempatan belajar bagi anak-anak yang kurang mampu di wilayah sekitar. Mereka memulai dengan semangat perjuangan Raden Ajeng Kartini, yang selalu membela pendidikan untuk kaum terpinggirkan. Hingga kini, kedua pendiri tersebut tidak hanya menjadi penggerak, tetapi juga guru yang setia mendampingi anak-anak dalam perjalanan pendidikannya.

Kedatangan Eddy Wijaya disambut hangat oleh para pendiri dan anak-anak di sekolah ini. Kegembiraan terpancar dari wajah Eddy saat berinteraksi dengan anak-anak, yang terlihat antusias dengan kehadirannya. Dalam kesempatan ini, Yayasan Wijaya Peduli Bangsa tidak hanya memberikan sembako dan makanan ringan, tetapi juga Al-Quran. Kegiatan berbagi ini diharapkan dapat memberikan kebahagiaan dan dukungan moral bagi anak-anak yang sedang berjuang meraih pendidikan di tengah keterbatasan.

Eddy Wijaya menyatakan bahwa kunjungan ini adalah bagian dari komitmen Yayasan Wijaya Peduli Bangsa untuk terus hadir dan mendukung pendidikan anak-anak yang kurang mampu. “Kami berharap, meskipun dengan langkah kecil, kami dapat membuat perbedaan dalam kehidupan anak-anak ini. Pendidikan adalah fondasi utama masa depan, dan Sekolah Darurat Kartini memberikan kesempatan yang luar biasa bagi mereka,” ujar Eddy.

Keberadaan Sekolah Darurat Kartini merupakan bukti nyata bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk terus memberikan pendidikan yang layak. Melalui dedikasi dari Sri Irianingsih dan Sri Rossyati, sekolah ini telah menciptakan ruang aman bagi anak-anak dari kalangan marjinal untuk belajar dan bermimpi lebih tinggi.

Kunjungan ini menegaskan bahwa Yayasan Wijaya Peduli Bangsa, dengan semangat kepedulian yang dipimpin oleh Eddy Wijaya, selalu berupaya memberikan yang terbaik bagi sesama. Dengan berbagi, bukan hanya kebutuhan fisik yang terpenuhi, tetapi juga tumbuh harapan dan semangat baru di hati anak-anak Sekolah Darurat Kartini.

Membangun Jembatan Empati di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2

Membangun Jembatan Empati di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2

Jakarta – Eddy Wijaya, Ketua Umum Yayasan Wijaya Peduli Bangsa, mengadakan kunjungan sosial ke Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger, Jakarta Timur. Dalam kunjungannya, Eddy Wijaya menyampaikan harapannya agar para lansia yang tinggal di panti tersebut senantiasa diberikan kesehatan dan umur panjang.

Kunjungan dari Yayasan Wijaya Peduli Bangsa ini merupakan yang pertama kalinya, mengingat belum ada pihak ketiga lain yang memberikan bantuan sebelumnya. Oleh karena itu, pihak Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger sangat mengapresiasi kedatangan dan perhatian yang diberikan oleh Yayasan Wijaya Peduli Bangsa.

Selama kunjungan, Eddy Wijaya berdialog dengan Kepala Panti, Ibu Budi Hastuti, yang menjelaskan bahwa Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 ini merupakan panti shelter yang menerima Warga Binaan Sosial (WBS) dari rujukan Satpol PP dan P3S. Panti ini mencakup wilayah Jakarta Utara dan Timur dan menampung berbagai kelompok, termasuk orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), lansia, anak jalanan, pengemis, dan manusia silver.

Menurut Budi Hastuti, saat ini panti menampung 534 warga binaan, meskipun daya tampung idealnya hanya 500 orang. Dari jumlah tersebut, terdapat sekitar 60 lansia, 400-an ODGJ, 50 lansia potensial, serta 8 orang penderita HIV dan 1 orang penderita kusta. Eddy Wijaya juga menanyakan tentang penanganan ODGJ di panti tersebut, dan Budi Hastuti menjelaskan bahwa mereka diberikan obat setiap hari dan rutin kontrol ke rumah sakit Duren Sawit.

Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger ini hanya memiliki 7 orang perawat yang sudah berpengalaman dalam menangani ODGJ dan lansia total care. Warga binaan di panti ini umumnya berasal dari jalanan atau diserahkan oleh keluarga tidak mampu melalui dinas sosial.

Pada 17 Agustus 2024, Eddy Wijaya kembali hadir ke Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger bukan hanya untuk memberikan sumbangan hadiah perlombaan bagi para warga binaan, tetapi juga untuk berbagi semangat kemerdekaan yang dirayakan oleh seluruh bangsa.

Dalam suasana yang penuh kebersamaan, Eddy Wijaya mengikuti upacara pengibaran bendera 17 Agustus di Ibu Kota Nusantara (IKN) secara virtual. Meski jarak memisahkan, semangat patriotisme tetap menyala dalam diri Eddy dan seluruh peserta upacara virtual tersebut. Upacara berlangsung khidmat, mengingatkan setiap orang akan nilai-nilai kebangsaan yang menjadi dasar perjuangan para pahlawan.

Tidak hanya itu, di tengah perayaan tersebut, Eddy Wijaya mendapatkan kejutan yang tak terduga. Di usianya yang ke-52, Eddy dikelilingi oleh para sahabat dan keluarga besar PSBI Bangun Daya 2 yang memberikan ucapan selamat ulang tahun. Kejutan ini menjadi simbol dari hubungan yang semakin erat antara Yayasan Wijaya Peduli Bangsa dan PSBI Bangun Daya 2, sebuah jalinan kekeluargaan yang diharapkan akan terus terjalin erat di masa depan.

Eddy Wijaya berharap momen ini menjadi hubungan yang lebih erat antara Yayasan Wijaya Peduli Bangsa dan PSBI Bangun Daya 2. “Kami berharap jalinan kekeluargaan ini terus berlanjut,” ujarnya dengan penuh haru. Kunjungan ini bukan hanya tentang berbagi hadiah, tetapi juga tentang membangun jembatan empati dan kebersamaan yang melampaui sekadar acara tahunan.

Momen Mengharukan Bersama Gepeng di Panti Sosial Bangun Daya 2

Momen Mengharukan Bersama Gepeng di Panti Sosial Bangun Daya 2

Jakarta – Kunjungan Yayasan Wijaya Peduli Bangsa ke Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya 2 di Ceger, Jakarta Timur, menjadi momen yang penuh haru dan inspirasi. Eddy Wijaya, Ketua Umum Yayasan Wijaya Peduli Bangsa, dengan penuh kasih berbagi waktu dan perhatian kepada para gelandangan dan pengemis (gepeng) yang dirawat di sana. Mereka adalah hasil penjangkauan Satpol PP dan Dinas Sosial dari wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Timur.

Di tengah-tengah para penghuni panti, ada Ardiansyah, seorang pengamen yang menjalani hidup dengan kerja serabutan di pasar. Hidup yang penuh dengan tantangan tak memadamkan semangatnya. Dalam momen itu, Ardiansyah berbicara dengan Eddy Wijaya, seorang sosok yang mungkin tak pernah ia bayangkan akan memperhatikannya dengan penuh rasa empati. Pertemuan tersebut bukan hanya sekadar formalitas; di sana ada percakapan yang mengalir hangat, menciptakan ikatan yang melampaui sekat-sekat sosial.

Kunjungan Eddy Wijaya ke PSBI Bangun Daya 2 ini tidak hanya tentang memberikan bantuan fisik, tetapi juga menyentuh hati. Ketika salah satu gepeng menyumbangkan suara emasnya, suara yang biasa terdengar di jalanan kini mengalun di tempat yang aman dan penuh cinta. Saat itu, lagu tersebut bukan hanya sekadar hiburan, tetapi sebuah pengingat bahwa setiap orang, tak peduli seberapa kerasnya hidup, mereka memiliki sesuatu yang berharga untuk dibagikan.

Ogi Permana, pendamping warga binaan di panti tersebut, menyampaikan bahwa ada sekitar 60-70 orang gepeng yang tinggal sementara di sana. Mereka adalah jiwa-jiwa yang berjuang, yang meskipun hanya akan berada di panti selama 14 hari, mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang mereka butuhkan.

Kisah ini adalah tentang bagaimana kebaikan bisa ditemukan di tempat yang paling sederhana, dan bagaimana seutas senyum dan perhatian tulus dapat mengubah hidup seseorang. Eddy Wijaya, melalui Yayasan Wijaya Peduli Bangsa, mengingatkan kita bahwa di dunia ini, tidak ada yang benar-benar sendirian ketika ada orang-orang yang peduli dan bersedia berbagi cinta.

Bangkitkan Semangat Kemerdekaan di PSBI Bangun Daya 2

Bangkitkan Semangat Kemerdekaan di PSBI Bangun Daya 2

Jakarta – Pada 17 Agustus 2024, di tengah semarak peringatan kemerdekaan Indonesia, Eddy Wijaya, Ketua Umum Yayasan Wijaya Peduli Bangsa, membawa sebuah sinar harapan ke Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya 2 di Ceger, Jakarta Timur. Dengan hati yang penuh kehangatan, Eddy hadir bukan hanya untuk memberikan sumbangan hadiah perlombaan bagi para warga binaan, tetapi juga untuk berbagi semangat kemerdekaan yang dirayakan oleh seluruh bangsa.

Dalam suasana yang penuh kebersamaan, Eddy Wijaya mengikuti upacara pengibaran bendera 17 Agustus di Ibu Kota Nusantara (IKN) secara virtual. Meski jarak memisahkan, semangat patriotisme tetap menyala dalam diri Eddy dan seluruh peserta upacara virtual tersebut. Upacara berlangsung khidmat, mengingatkan setiap orang akan nilai-nilai kebangsaan yang menjadi dasar perjuangan para pahlawan.

Namun, momen yang paling menyentuh terjadi saat perlombaan berlangsung. Di tengah keceriaan lomba-lomba tradisional, wajah-wajah bahagia warga binaan PSBI Bangun Daya 2 menjadi pemandangan yang tak ternilai harganya. Tawa dan senyum menghiasi wajah mereka, seakan menghapus sejenak beban hidup yang mereka pikul sehari-hari. Bagi Eddy Wijaya, melihat kebahagiaan mereka adalah hadiah terbesar yang bisa ia terima pada hari yang istimewa ini.

Tidak hanya itu, di tengah perayaan tersebut, Eddy Wijaya mendapatkan kejutan yang tak terduga. Di usianya yang ke-52, Eddy dikelilingi oleh para sahabat dan keluarga besar PSBI Bangun Daya 2 yang memberikan ucapan selamat ulang tahun. Kejutan ini menjadi simbol dari hubungan yang semakin erat antara Yayasan Wijaya Peduli Bangsa dan PSBI Bangun Daya 2, sebuah jalinan kekeluargaan yang diharapkan akan terus terjalin erat di masa depan.

Eddy Wijaya berharap momen ini menjadi hubungan yang lebih erat antara Yayasan Wijaya Peduli Bangsa dan PSBI Bangun Daya 2. “Kami berharap jalinan kekeluargaan ini terus berlanjut,” ujarnya dengan penuh haru. Kunjungan ini bukan hanya tentang berbagi hadiah, tetapi juga tentang membangun jembatan empati dan kebersamaan yang melampaui sekadar acara tahunan.

Mengetuk Hati di Balik Pintu PSBI Bangun Daya 2 Ceger

Mengetuk Hati di Balik Pintu PSBI Bangun Daya 2 Ceger

Jakarta – Eddy Wijaya, Ketua Umum Yayasan Wijaya Peduli Bangsa, baru-baru ini melakukan kunjungan sosial ke Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya 2 di Ceger, Jakarta Timur. Kunjungan ini ditujukan untuk bertemu dan memberikan dukungan kepada warga binaan yang merupakan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

Saat tiba di panti, Eddy Wijaya terkesan melihat kemandirian para ODGJ yang dengan disiplin membersihkan sisa makanan mereka sendiri setelah selesai makan. Hal ini menunjukkan adanya upaya dari pihak panti untuk mengajarkan kebiasaan positif kepada para warga binaan.

Dalam kunjungan tersebut, Eddy Wijaya juga membawa sejumlah makanan ringan sebagai bentuk perhatian dan kepedulian dari Yayasan Wijaya Peduli Bangsa kepada para warga binaan di PSBI Bangun Daya 2. Selain itu, ia juga sempat berbincang dengan Wendy, pendamping warga binaan, untuk memahami lebih dalam situasi dan tantangan yang dihadapi panti dalam merawat dan mengelola para ODGJ.

Wendy mengungkapkan bahwa PSBI Bangun Daya 2 saat ini menampung sekitar 400 warga binaan, mayoritas di antaranya adalah laki-laki. Para warga binaan ini sebagian besar berasal dari penjangkauan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Jakarta Utara dan Jakarta Timur, serta Satpol PP dan Rumah Sakit Duren Sawit. Bagi mereka yang tidak memiliki keluarga atau tempat tinggal setelah menjalani perawatan di rumah sakit, PSBI Bangun Daya 2 menjadi tempat tinggal mereka.

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh PSBI Bangun Daya 2 adalah mengembalikan warga binaan ke keluarga mereka. Wendy menjelaskan bahwa panti telah melakukan berbagai upaya, termasuk membagikan informasi di media sosial dan membentuk grup Facebook bernama “Info Orang Hilang dan Terlantar DKI Jakarta” untuk membantu mencari keluarga para warga binaan. Selain itu, mereka juga bekerja sama dengan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) untuk menelusuri alamat-alamat yang mungkin merupakan tempat tinggal keluarga dari para warga binaan.

Namun, Wendy juga menyoroti kesulitan dalam menangani warga binaan yang tidak terkontrol. Panti melakukan seleksi untuk membedakan warga binaan yang kooperatif dari yang tidak, guna memberikan penanganan yang lebih tepat.

Kunjungan Eddy Wijaya ini merupakan bagian dari komitmen Yayasan Wijaya Peduli Bangsa untuk terus mendukung dan memperhatikan kelompok-kelompok rentan di masyarakat. Dengan kehadiran dan dukungannya, diharapkan panti sosial seperti PSBI Bangun Daya 2 dapat terus memberikan pelayanan yang terbaik bagi para warga binaan mereka.

Berbagi Harapan untuk Lansia dan Warga Binaan di Jakarta Timur

Berbagi Harapan untuk Lansia dan Warga Binaan di Jakarta Timur

Jakarta – Eddy Wijaya, Ketua Umum Yayasan Wijaya Peduli Bangsa, baru-baru ini mengadakan kunjungan sosial ke Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger, Jakarta Timur. Dalam kunjungannya, Eddy Wijaya menyampaikan harapannya agar para lansia yang tinggal di panti tersebut senantiasa diberikan kesehatan dan umur panjang.

Selama kunjungan, Eddy Wijaya berdialog dengan Kepala Panti, Ibu Budi Hastuti, yang menjelaskan bahwa Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 ini merupakan panti shelter yang menerima Warga Binaan Sosial (WBS) dari rujukan Satpol PP dan P3S. Panti ini mencakup wilayah Jakarta Utara dan Timur dan menampung berbagai kelompok, termasuk orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), lansia, anak jalanan, pengemis, dan manusia silver.

Menurut Budi Hastuti, saat ini panti menampung 534 warga binaan, meskipun daya tampung idealnya hanya 500 orang. Dari jumlah tersebut, terdapat sekitar 60 lansia, 400-an ODGJ, 50 lansia potensial, serta 8 orang penderita HIV dan 1 orang penderita kusta. Eddy Wijaya juga menanyakan tentang penanganan ODGJ di panti tersebut, dan Budi Hastuti menjelaskan bahwa mereka diberikan obat setiap hari dan rutin kontrol ke rumah sakit Duren Sawit.

anti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger ini hanya memiliki 7 orang perawat yang sudah berpengalaman dalam menangani ODGJ dan lansia total care. Warga binaan di panti ini umumnya berasal dari jalanan atau diserahkan oleh keluarga tidak mampu melalui dinas sosial.

Kunjungan dari Yayasan Wijaya Peduli Bangsa ini merupakan yang pertama kalinya, mengingat belum ada pihak ketiga lain yang memberikan bantuan sebelumnya. Oleh karena itu, pihak Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger sangat mengapresiasi kedatangan dan perhatian yang diberikan oleh Yayasan Wijaya Peduli Bangsa.

Dukungan Pendidikan dan Fasilitas Keagamaan untuk Pondok Pesantren Hidayatul Muta’alimin Al Hasyimiyah

Dukungan Pendidikan dan Fasilitas Keagamaan untuk Pondok Pesantren Hidayatul Muta’alimin Al Hasyimiyah

Jakarta – Eddy Wijaya, Ketua Umum Yayasan Wijaya Peduli Bangsa baru-baru ini mengunjungi Pondok Pesantren Hidayatul Muta’alimin Al Hasyimiyah yang terletak di kawasan Sadeng, Bogor, Jawa Barat. Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya sosial Eddy Wijaya dalam mendukung pendidikan dan fasilitas keagamaan di daerah tersebut.

Dr. Iwan Usmansyah, M.Pd., Wakil Kepala Sekolah SMA Dwiwarna, mengungkapkan kekagumannya terhadap Eddy Wijaya. “Eddy Wijaya adalah sosok yang memiliki jiwa sosial tinggi dan tidak pernah berhenti belajar,” kata Dr. Iwan. Dalam kunjungan ini, Eddy Wijaya memberikan donasi yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan Masjid di Pesantren Hidayatul Muta’alimin Al Hasyimiyah.

Pondok Pesantren Hidayatul Muta’alimin Al Hasyimiyah, yang sudah berdiri selama 17 tahun, dipimpin oleh Abi Dudung. Pesantren ini berdiri di atas tanah seluas kurang lebih 1.000 meter persegi dan menampung 45 santriwan dan santriwati. Abi Dudung menjelaskan bahwa pembangunan pesantren ini sepenuhnya berasal dari swadaya masyarakat tanpa bantuan pemerintah. “Harapan kami adalah dapat memperluas pesantren ini untuk menampung lebih banyak santri dan memberikan fasilitas yang lebih baik,” ungkap Abi Dudung.

Selain berdialog dengan Abi Dudung, Eddy Wijaya juga berbincang dengan Dr. Iwan Usmansyah mengenai SMA Dwiwarna. Dr. Iwan menjelaskan bahwa SMA Dwiwarna telah berdiri selama 22 tahun, didirikan oleh Ratjih Natawidjaja, ibu dari Prof. Dr. H. Ginandjar Kartasasmita. Saat ini, sekolah tersebut dipimpin oleh Agus Gumiwang Kartasasmita. SMA Dwiwarna dikenal dengan sistem sekolah asramanya yang modern, menonjolkan nilai-nilai Islam dan kedisiplinan.

SMA Dwiwarna memiliki luas 7,5 hektar dan dilengkapi dengan fasilitas lengkap, seperti laboratorium, kolam renang, lapangan bola basket, dan lapangan sepak bola. Kurikulum yang digunakan mengikuti standar pemerintah, tetapi dengan penekanan pada nilai-nilai khusus yang membuatnya unik.

Kunjungan Eddy Wijaya ke Pondok Pesantren Hidayatul Muta’alimin Al Hasyimiyah dan dialog dengan berbagai tokoh pendidikan di Bogor menunjukkan komitmennya dalam mendukung perkembangan pendidikan dan fasilitas keagamaan di Indonesia. Dukungan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah tersebut.

Semangat Kaum Disabilitas untuk Tetap Berkarya

Semangat Kaum Disabilitas untuk Tetap Berkarya

Jakarta – Kaum disabilitas dengan semangat luar biasa terus berupaya untuk mandiri dan berkarya. Pada sebuah kesempatan yang berharga, mereka berkumpul bersama Ibu Umi Aci (Fatimah Asri Mutmalnnah) dan Ketua Umum Yayasan Wijaya Peduli Bangsa, Eddy Wijaya di Taman Mini Indonesia Indah untuk berwisata sekaligus mendapatkan motivasi. Pertemuan ini bukan hanya sekadar rekreasi, tetapi juga momen penting untuk menikmati setiap anjungan yang ada di taman tersebut, yang menggambarkan keragaman budaya Indonesia.

Selama kunjungan, kaum disabilitas berharap agar masyarakat dapat melihat mereka dengan pandangan yang lebih inklusif dan positif. Kaum disabilitas yang tergabung dengan HWDI (Humpunan Wanita Disabilitas Indonesia) ini ingin menunjukkan bahwa meskipun memiliki keterbatasan, mereka mampu melakukan berbagai aktivitas seperti orang lain pada umumnya. Di Rembang, Jawa Tengah, mereka menunjukkan kemampuan dan kreativitas mereka dengan membuat batik, sebuah usaha yang membantu perekonomian keluarga mereka.

Proses membatik dan menjahit menjadi salah satu cara bagi kaum disabilitas untuk menopang kehidupan mereka. Dengan keahlian yang dimiliki, mereka terus berkarya dan berkontribusi terhadap perekonomian keluarga serta masyarakat sekitar. Mereka membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk berkarya dan mandiri. Salah satunya adalah Suwarni yang sangat ahli dalam hal membatik. Ada juga Inayah yang merupakan penjahit dan membuka usaha madu. Selain itu, ada Sri Rubiati dan Wardah yang piawai dalam menjahit.

Yayasan Wijaya Peduli Bangsa, melalui Ketua Umumnya, Eddy Wijaya, memberikan dukungan yang sangat berarti bagi kaum disabilitas ini. Bantuan yang diberikan memungkinkan mereka menjalankan usaha dengan lebih maksimal, menciptakan peluang untuk lebih banyak berkarya dan menghasilkan produk-produk berkualitas. Dukungan ini juga menjadi simbol kepedulian dan inklusivitas, menguatkan semangat kaum disabilitas untuk terus berjuang dan berkarya.

Kisah kaum disabilitas ini menjadi inspirasi bagi banyak orang. Mereka menunjukkan bahwa dengan tekad yang kuat dan dukungan yang tepat, keterbatasan bukanlah hambatan untuk mencapai kemandirian dan keberhasilan. Semoga cerita ini dapat membuka mata masyarakat akan potensi luar biasa yang dimiliki oleh kaum disabilitas dan mendorong lebih banyak pihak untuk memberikan dukungan dan kesempatan yang setara.

Harapan dan Potensi Petani Cengkeh di Cibodas

Harapan dan Potensi Petani Cengkeh di Cibodas

Jakarta – Dalam acara santunan untuk yatim piatu dan jompo yang diadakan di Desa Cibodas, Yayasan Wijaya Peduli Bangsa berkesempatan berbincang dengan Haji Junajah Jajah, Duta Cengkeh Jawa Barat dan Wakil Ketua APCI (Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia). Eddy Wijaya, Ketua Umum Yayasan Wijaya Peduli Bangsa, dan Haji Junajah Jajah mendiskusikan potensi dan tantangan yang dihadapi dalam produksi cengkeh di Desa Cibodas.

Haji Junajah menjelaskan bahwa pada tahun 2000, produksi cengkeh di Desa Cibodas mencapai puncaknya dengan total produksi sekitar 1000 ton saat panen raya. Namun, pada tahun 2024, produksi tersebut menurun drastis menjadi hanya 800 ton. Penurunan ini disebabkan oleh kemarau panjang yang telah menghambat panen raya selama lima tahun terakhir.

Selain tantangan iklim, petani cengkeh juga menghadapi masalah harga cengkeh yang terus melorot, sementara biaya operasional terus meningkat. Haji Junajah mengungkapkan bahwa situasi ini membuat petani semakin sulit untuk bertahan. Ia berharap pemerintah memberikan perhatian lebih kepada petani cengkeh, terutama dalam hal penyediaan pupuk dan penetapan harga yang lebih stabil. Selain itu, Haji Junajah juga menekankan pentingnya mencegah monopoli dalam industri cengkeh yang dapat merugikan petani kecil.

Selain cengkeh, Desa Cibodas juga dikenal sebagai penghasil durian yang berkualitas. Potensi ini diharapkan dapat membantu diversifikasi pendapatan bagi petani di desa tersebut. Haji Junajah juga menyatakan harapannya agar ada investor yang mau bekerjasama untuk mengembangkan agrowisata di Desa Cibodas, yang dapat meningkatkan perekonomian lokal dan menarik lebih banyak wisatawan.