Yayasan Wijaya Peduli Bangsa

Perjuangan Para Kartini Ibu Kota: Menantang Segala Keterbatasan

Perjuangan Para Kartini Ibu Kota: Menantang Segala Keterbatasan

Jakarta – Lebih dari sekedar gaun kebaya dan bunga melati tersemat di sanggul rambut, Kartini adalah tentang perjuangan dan keberanian perempuan menantang segala keterbatasan. Semangat itulah yang dilihat dan dihidupkan oleh Eddy Wijaya selaku Ketua Umum Yayasan Wijaya Peduli Bangsa seiring dengan Hari Kartini yang jatuh pada 21 April lalu.

Yayasan Wijaya Peduli Bangsa menemui beberapa perempuan tangguh yang menghidupi semangat Kartini di tengah kerasnya kehidupan Ibu Kota Jakarta, salah satunya adalah Elis Komalasari, seorang ibu yang memilih menjadi pedagang perabot rumah tangga keliling selama 5 tahun terakhir. Sambil membawa dagangan dan menggandeng anaknya, Elis berkeliling dari pagi hingga senja demi menambah penghasilan keluarga.

Tak jauh berbeda, Ibu Jamilah juga menjadi potret lain perjuangan seorang Kartini masa kini. Tujuh tahun sudah ia menjadi penjual minuman keliling. Di tengah bahaya jalanan, godaan mental, dan pendapatan yang tak pasti. Sambil mengasuh anaknya, Ibu Jamilah tak mengenal lelah menyusuri jalan demi kebutuhan sehari-hari.

Kartini bukan hanya bicara tentang sejarah, tapi semangat yang terus hidup di hati setiap perempuan yang memilih untuk tidak menyerah dan menantang segala keterbatasan dalam hidup. “Kita para perempuan harus tetap semangat, jangan menyerah. Anak-anak kita adalah masa depan,” ucap Elis.