Jakarta – Kunjungan Yayasan Wijaya Peduli Bangsa ke Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya 2 di Ceger, Jakarta Timur, menjadi momen yang penuh haru dan inspirasi. Eddy Wijaya, Ketua Umum Yayasan Wijaya Peduli Bangsa, dengan penuh kasih berbagi waktu dan perhatian kepada para gelandangan dan pengemis (gepeng) yang dirawat di sana. Mereka adalah hasil penjangkauan Satpol PP dan Dinas Sosial dari wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Timur.
Di tengah-tengah para penghuni panti, ada Ardiansyah, seorang pengamen yang menjalani hidup dengan kerja serabutan di pasar. Hidup yang penuh dengan tantangan tak memadamkan semangatnya. Dalam momen itu, Ardiansyah berbicara dengan Eddy Wijaya, seorang sosok yang mungkin tak pernah ia bayangkan akan memperhatikannya dengan penuh rasa empati. Pertemuan tersebut bukan hanya sekadar formalitas; di sana ada percakapan yang mengalir hangat, menciptakan ikatan yang melampaui sekat-sekat sosial.
Kunjungan Eddy Wijaya ke PSBI Bangun Daya 2 ini tidak hanya tentang memberikan bantuan fisik, tetapi juga menyentuh hati. Ketika salah satu gepeng menyumbangkan suara emasnya, suara yang biasa terdengar di jalanan kini mengalun di tempat yang aman dan penuh cinta. Saat itu, lagu tersebut bukan hanya sekadar hiburan, tetapi sebuah pengingat bahwa setiap orang, tak peduli seberapa kerasnya hidup, mereka memiliki sesuatu yang berharga untuk dibagikan.
Ogi Permana, pendamping warga binaan di panti tersebut, menyampaikan bahwa ada sekitar 60-70 orang gepeng yang tinggal sementara di sana. Mereka adalah jiwa-jiwa yang berjuang, yang meskipun hanya akan berada di panti selama 14 hari, mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang mereka butuhkan.
Kisah ini adalah tentang bagaimana kebaikan bisa ditemukan di tempat yang paling sederhana, dan bagaimana seutas senyum dan perhatian tulus dapat mengubah hidup seseorang. Eddy Wijaya, melalui Yayasan Wijaya Peduli Bangsa, mengingatkan kita bahwa di dunia ini, tidak ada yang benar-benar sendirian ketika ada orang-orang yang peduli dan bersedia berbagi cinta.