Jakarta – Di antara riuh rendah Jakarta, ada sebuah panti asuhan yang menjadi saksi bisu perjuangan dua remaja berbakat, Firman (18 tahun) dan Rafi (17 tahun). Di bawah asuhan Ibu Maryamah di Panti Asuhan Tebet Yayasan Remaja Masa Depan, mereka menemukan bahwa sepak bola bukan sekadar permainan, melainkan bahasa universal yang mengajarkan arti ketangguhan.
Firman kehilangan ayahnya saat ia baru lulus SD, sementara Rafi bahkan tak pernah mengenal sosok ayah sejak dalam kandungan. Tapi di tengah kepahitan itu, mereka menemukan pelipur lara di lapangan hijau. Bola mengajarkan mereka untuk tetap optimis dan pantang menyerah.
Klub Remaja Masa Depan (RMD) yang awalnya hanya hobi, kini memajang banyak piala. Keduanya bersinar di Liga Topskor U-15, membawa timnya menjadi juara. Mereka membuktikan bahwa semangat bisa mengalahkan keterbatasan fasilitas.
Firman mengagumi Supriyadi dan Ronaldinho, sementara Rafi terinspirasi oleh Febri Hariyadi dan Cristiano Ronaldo. Sosok-sosok itu menjadi bukti bahwa latihan keras tak pernah mengkhianati hasil.
Dalam acara buka bersama yang diadakan Yayasan Wijaya Peduli Bangsa pimpinan Eddy Wijaya, Firman dan Rafi berbagi cerita haru tentang perjuangan mereka. Acara ini bukan sekadar berbagi makanan, tapi juga menyalakan api harapan bahwa anak-anak seperti mereka layak meraih masa depan cerah.
Untuk anak-anak di luar sana yang sedang berjuang, pesan mereka sederhana. Jadilah seperti bola yang semakin keras dipukul semakin tinggi terbang, dan seperti rumput lapangan yang tetap tumbuh meski terus terinjak. Setiap mimpi bisa diraih asal kita mau berlari mengejarnya.